Letnan Jenderal (purn.) Ali Moertopo, atau dieja sering pula dieja Ali Murtopo (Blora,Jawa Tengah, 23 September 1924 – 15 Mei 1984), adalah pemikir, tokoh intelijen, danpolitikus yang berperan penting terutama pada masa Orde Baru di Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia (1978 – 1983) serta Deputi Kepala (1969 – 1974) dan Wakil Kepala (1974 – 1978) Badan Koordinasi Intelijen Negara .
AWAL KARIR
Ali bergabung dengan
BKR setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun
1945. Pada dasawarsa
1950-an, Ali Murtopo ditugaskan di
Kodam Diponegoro. Pada mulanya, ia adalah bagian dari pasukan
Banteng Raider. Pasukan ini, yang berada di bawah komando
Ahmad Yani, merupakan sebuah pasukan khusus yang berupaya untuk menumpas pemberontakan
Darul Islam. Pada tahun
1956, bersama dengan
Yoga Sugama, Ali mendukung Letnan Kolonel Soeharto dalam upayanya untuk menjadi Pangdam Diponegoro. Manuver ini berhasil dan Soeharto sukses mendapatkan jabatan Pangdam Diponegoro dengan pangkat
kolonel. Sebagai imbalan atas dukungannya, Ali ditunjuk oleh Soeharto sebagai Asisten Teritorial.
Pada saat itu, Republik Indonesia sedang menghadapi gerakan koreksi daerah melalui
PRRI dan banyak pasukan-pasukan ABRI yang dikirim ke
Sumatra untuk menanggulangi gerakan ini. Ali dikirim ke Sumatra pada tahun
1959 dan ia menjabat sebagai Kepala Staf Resimen II dengan Yoga Sugama sebagai Komandan Resimennya. Pada tahun yang sama, Soeharto dicopot dari jabatan Pangdam oleh
KSAD AH Nasution karena terlibat kasus penyelundupan dan ditugaskan belajar di
SSKAD pada tahun
1960. Setelah PRRI dikalahkan, Ali kembali ke Jawa Tengah untuk melanjutkan tugasnya dengan Kodam Diponegoro yang sekarang dipimpin oleh
Pranoto Reksosamudro.
Setelah Soeharto menyelesaikan pendidikan di SSKAD, ia ditarik ke Jakarta dan menjabat sebagai Deputi I KSAD (Operasi). Pada saat inilah, Ali bergabung lagi dengan atasannya yang lama itu. Pada waktu yang sama Soeharto juga dipercaya oleh Nasution untuk membentuk
CADUAD (Cadangan Umum Angkatan Darat) dan setelah satuan tempur tersebut dibentuk, Soeharto ditunjuk sebagai Panglima CADUAD dengan pangkat Brigadir Jenderal. Sekali lagi, Ali menjadi bawahan Soeharto dengan jabatan sebagai Asisten Kepala Staf CADUAD .
ORDE BARU
Ali berperan besar dalam melakukan modernisasi intelejen Indonesia. Ia terlibat dalam operasi-operasi intelejen dengan nama
Operasi Khusus (Opsus) yang terutama ditujukan untuk memberangus lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto.
Pada tahun
1968, Ali menggagas peleburan partai-partai politik, yang saat itu sangat banyak jumlahnya, menjadi beberapa partai saja agar lebih mudah dikendalikan. Hal ini kemudian terwujud pada tahun
1973 sewaktu semua partai melebur menjadi tiga partai:
Golkar,
PPP (penggabungan partai-partai berbasis Islam), dan
PDI (penggabungan partai-partai berbasis nasionalis).